Bercerita dengan anak-anak, perlu keterampilan khusus dari pelayan-pelayan sekolah minggu agar dapat menampilkan cerita yang menarik dan menghibur anak-anak.
"Wah, susah dong..", memang benar susah tapi bukan berarti kita menyerah kan ?
Saya pernah menghadiri seminar tentang teknik bercerita yang disampaikan oleh Ibu Tuti Gunawan seorang pecinta dunia anak-anak. Beliau berkata bahwa menjadi seorang pelayanan Sekolah Minggu, harus setengah gila. Pertama kali mendengarnya, tentu saja saya kaget... setengah gila, apa-apaan lagi tuh...
Setelah saya mengalami sendiri dalam kegiatan-kegiatan mengajar di Sekolah Minggu, saya baru sadari memang menjadi seorang pelayan harus setengah gila.. hahaha :D
Bahasa Tubuh.
Dalam menyampaikan cerita bahasa tubuh sangat berperan penting agar cerita yang disampaikan menarik dan memikat anak-anak.
- Persiapkan diri dengan baik sehingga saat kita memulai kegiatan belajar mengajar penuh percaya diri.
- Jaga kontak mata dengan semua anak-anak, sehingga mereka merasa diperhatikan dan ikut larut dalam alur cerita yang kita sampaikan.
- Gerakan badan kita, jangan kaku. Sering-sering berjalan mendekati anak-anak, jangan berdiri pada satu titik saja.
- Ikuti irama cerita, gerakan badan meniru karakter tokoh dalam cerita kita dengan gaya mendekati aslinya, seperti, zakeus naik pohon agar dapat melihat Yesus... kita berperan sebagai zakeus lengkap dengan kantong uang ditangan dan naik ke kursi seolah-olah mencari seseorang...
- Jauhkan jaim atau jaga image didepan anak-anak, seperti mengatur poni, mengatur rambut dan gerakan-gerakan yang tidak diperlukan dalam cerita tersebut.
Ekspresi/Mimik.
Ekspresi wajah sangat mendukung bahasa tubuh dalam menyampaikan cerita.
Bagaimana jadinya kalau si tokoh dalam cerita menangis, kita hanya diam saja ? Lucu bukan ?
Berperanlah seperti orang menangis, bila tokoh dalam cerita kita menangis, atau tersenyum, atau marah bahkan seperti orang gila sekalipun, lakukanlah.
Anak-anak akan menjadi lebih antusias bila kita memperagakan mimik wajah sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita tersebut. Kalau perlu, ajak anak-anak untuk ikut memperagakannya, tentu suasana mengajar lebih menarik lagi.. :)
Olah Suara.
- Usahakan kata-kata yang kita ucapkan jelas dan tidak bertele-tele, karena itu diperlukan persiapan dari seorang pelayan agar benar-benar mempersiapkan diri dalam bercerita. Dilarang keras cerita dadakan !
- Tempo suara, harus disesuaikan dengan irama cerita yang kita sampaikan. Pada saat perlu cepat... kita cepatkan suara kita, tapi pada saat ceritanya lambat atau terhenti, suaranya kita pelankan atau tiba-tiba hilang.
Misalnya, doni terus berlari...berlari dan berlari sekuat tenaga dan dia bersembunyi dibalik pohon yang besar dengan nafas yang tersengal sengal dan Hufh...(berhenti sejenak, buat anak-anak penasaran cerita selanjutnya).
- Volume Suara, masih berkaitan dengan tempo suara, volume suara juga harus kita mainkan sesuai dengan cerita. Bila dalam cerita si tokoh merintih, volume suara kita kecilkan seperti orang merintih. Begitu juga bila si tokoh dalam cerita marah, maka volume suara kita bisa lebih keras dan nyaring.
- Jangan sering-sering memenggal kata. Misal, Bapa Abra.... (anak-anak menyahut : Ham...)
akan lebih baik bila kita memenggal kalimat menjadi seperti sebuah pertanyaan : Bapa orang beriman adalah Bapa..... (anak-anak menjawab : Abraham)
Yel-Yel atau gerakan motivasi.
Untuk membuat cerita kita lebih menarik dan menjadi perhatian anak-anak, sangat dianjurkan bagi pelayan sekolah minggu untuk menyelingi cerita dengan yel-yel atau gerakan motivasi. Ini bertujuan untuk menyegarkan suasana yang makin ribut, tegang atau membosankan.
Misalnya, Pelayan : Laskar Kristus.... Anak-Anak : Yessss. bisa juga, Pelayan : Tepuk Yesus, anak-anak : (tepuk 3 kali) Ye... (tangan kanan diangkat), (tepuk 3 kali)Sus... (tangan kiri diangkat, (tepuk 3 kali) Yesus (tangan kanan dan kiri diangkat bergantian)...Yess..3 x (kedua tangan ditarik kebawah)
Ini adalah pengalaman dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam pelayanan saya, saya yakin diluar saya masih banyak pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bahkan menyedihkan dalam pelayanan. Mari kita saling berbagi agar dapat lebih baik dan lebih heran lagi dalam melayani Dia. GBU.